Usaha Menyelesaikan Konflik dan Sengketa antar Negera di Laut Cina Selatan - BAHAN MAKALAH

Usaha menyelesaikan sengketa dan konflik antara pihak Negara yang terlibat - Tahun 2002, ASEAN dan Cina menandatangani Declaration on the Conduct of Parties In South China Sea. Pada bulan maret 2005, Cina-Vietnam-Filipina mendatangani MoU kerjasama dalam bidang ekspolorasi energi dan sepakat untuk menghentikan klaim atas kepemilikan Kepulauan Spratly. Pada tahun 2006 China-ASEAN Joint Working Group melakukan pertemuan dan menghasilkan kesepakatan bahwa kedua belah pihak (RRC dan ASEAN) berkomitmen menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Laut Cina Selatan.

Upaya ini memang cukup efektif dalam penyelesaian sengketa jika dilihat dari situasi setelah perjanjian. Selain itu beberapa perjanjian multilateral juga berupa mediasi yang dipelopori oleh mediator sehingga perjanjian dapat berjalan lebih baik. Namun tidak sepenuhnya berjalan dengan baik lagi-lagi karena tidak dicapainya peta kepemilikan pulau dan banyaknya pihak yang melanggar sendiri perjanjian tersebut, seperti terjadinya perusakan kapal oleh pihak-pihak tertentu.

Salah satu yang belum dilakukan dalam perjanjian itu adalah kemungkinan untuk melakukan pengelolaan minyak dan gas bumi secara bersama. Padahal perjanjian ini dapat menjadi usaha alternatif untuk meredam konflik di Kepulauan Spartly.

Dalam hukum internasional, hal ini memang dimungkinkan untuk dilakukan. Perjanjian semacam ini dapat dilihat misalnya : perjanjian Indonesia dengan Australia dalam pengelolaan dan pembagian di Blok Cepu. Upaya ini dapat menjadi solusi karena jika dilihat latar belakang permasalahan ini adalah karena potensi minyak dan gas bumi yang berlimpah.

Upaya penyelesaian sengketa sudah lama dilakukan, namun sengketa masih saja berlanjut hingga sekarang. Akibatnya banyak terjadi konflik antara negara bersengketa yang sebenarnya merupakan negara bertetangga, bahkan beberapa di antaranya konflik bersenjata. Dalam perkembangan terakhir, Amerika Serikan dibawah Presiden Barack Obama tidak malu-malu lagi menampakkan minatnya terhadap wilaya Laut Cina Selatan dengan mengerahkan 60% kekuatan militernya di Asia. Dan Filipina sebagaimana banyak diberitakan, bersedia menyediakan beberapa pelabuhannya untuk pangkalan militer Amerika. Hal ini membuat RRC khawatir dan mulai membangun kekuatan militernya dengan antara lain membangun kapal induk dan mempercepat pembangunan rudal jarak jauhnya.

Kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan, berpotensi untuk menjadi tempat pertama meletusnya konflik bersenjata di wilayah Asia Tenggara. Penyebabnya adalah sengketa wilayah antar Negara yang sudah puluhan tahun belum terselesaikan dan campur tangannya negara-negara adidaya yang sarat dengan kepentingan ekonomi globalnya

Comments

Popular

Susunan Acara ulang Tahun Anak Islami, Sederhana dan Berkah

Arti Pertanda Ular Masuk Siang Hari Di Dalam Rumah Menurut Pengakuan, Primbon dan Dakwah

Manfaat Ekstrakurikuler Bagi Anak dan Penulis Blog